goresan kaka pertama...

siang tadi,,
seperti biasa q masuk kerja. Karena banyak yang di kerjakan baru sore ini q duduk depan komputer dengan santai begini.. menaikkan kaki dan mulai bikin beberapa laporan.
Bos sudah pulang soal nya, jadi bsa santai hehehehe...
dengan lagu titi kamal feat andy drive bergema d ruangan yang semakin dingin oleh ac..

segera jari ini lancar seakan hapal diluar kepala langsung mengklik mozilla dan memasukan facebook.. *korban facebook rupa nya eheheheh

melihat ada seorang sahabat..(kaka pertama bgtu biasa saai memanggil nya)
yang menandai saya d catatan nya..
tak sadar saia menitik airmata in. saat membaca catatan nya..
catatan yang diperuntukan untuk ibunda nya yang uLtah...
ada sesuatu dalam catatan itu,, hingga membuat ku tersentak.. dan airmata ini menitik

setelah minta ijin untuk mengcopy-paste nya,,,
begini catatan nya,,


bu, aku sedang merokok sekarang. Dimana 2 batang terakhir ini adalah bukan apa – apa, tidak akan menjadi apa-apa.
Tapi kau menangis, ibu. Ya..kau menangis. Bukan karena rokok ini, tetapi lebih karena apa yang kukirimkan padamu bersama kepulan hitam rokok ini.
Sebuah surat berisi kerinduan yang telah sampai pada batas tertingginya.

Tiada seorang pun yang tahu, tiada seorang pun yang peduli
Karena mereka mempunyai ibu sendiri – sendiri.

Bisa saja aku berakal bulus padamu,ibu!
Bisa aku berkata minum susu, padahal sebotol arak yang kutenggak tiap hari.
Bisa saja aku mengakui tak pernah mendekati wanita, padahal sudah berapa perawan yang kukecewakan
Sangat mudah mengatakan padamu hanya rokok ini yang kuhisap, kenyataannya aku menulis sambil merem melek menggauli asap asap syurga dan segelas chivas dicafe café sana..
Segala kata darimu tentang sembahyang telah ku iya – iyakan, tetapi ternyata aku lebih senang berkumpul bersama gank ku daripada sekedar bersujud di mesjid yang berjarak 5 meter dari kostan ku.
Aku mampu untuk menelponmu setiap hari, padahal sebelumnya aku telah menelpon seorang wanita yang akan kujadikan teman malam ini.
“ jangan pernah berkelahi anakku.!” Itu petuahmu. Waktu itu aku hanya tertawa, karena sudah beberapa nyawa pernah kukirim ke neraka.

Ya…dan dosa – dosa lainnya…karena aku jauh darimu…jauh dariNya.

Dan gilanya…tiada terhingga rasa ini untukmu yang tak pernah terkatakan.
Tak pernah tersirat maupun tersurat pada suratku yang dulu.

Tiada seorang pun yang tahu, tiada seorang pun yang peduli
Karena mereka mencintai ibunya sendiri – sendiri.

Aku seperti kehilangan pegangan
Welas asihmu yang serasa berhenti mengucuri nadi – nadi yang teraliri serbuk heroin.
Bangsattt…!!!! Aku adalah bangsat,ibu!!. Bahkan akulah si bangsat yang pernah menjebloskan anak tetangga kita dulu ke penjara…hahahha…tadi pun sudah kukatakan padamu…bahwa aku mampu berakal bulus pada siapa saja, ibu!

Tiada seorang pun yang tahu, tiada seorang pun yang peduli
Karena mereka lebih sibuk dengan sifatnya sendiri.

Segalanya telah kuakui. Tepat pada saat sebuah pisau menancap di dada ini, dan darah bau amis menyembur dari luka ini.
Mengapa dosaku masih berdiam diri di dalam tubuh ini ?
Mengapa tidak ikut menyembur bersama darah setan ini ?
Bukankah kata mereka sebuah penyesalan bisa meleburkan dosa – dosa ?
Benar sebuah penyesalan yang kuungkapkan padamu ?
Malaikat maut telah datang padaku. Dia berdiri beberapa langkah dihadapanku.
Akhh…tetapi mengapa kau menangis sambil memeluk tubuh berlumur dosa ini, ibu ?
Sebenarnya welas asih seperti apakah yang ingin kau ajarkan ?
Sungguh tiada sedikit pun sebuah pengertian sampai padaku.

Aku mati,ibu ! ( “ mati “ adalah kata yang paling tepat bagiku. “ gugur “ dan “ wafat “ terlalu harum buatku )
Jangan menangis lagi karena aku tak layak untuk ditangisi !
Akh…tangismu makin deras. Dan dalam perih yang amat sangat ini tetap saja aku tidak mengerti.

Tiada seorang pun yang tahu, tiada seorang pun yang peduli
Karena mereka juga akan mati dalam ketidakmengertian
@@@
………..gedubraaaak!!!
aku terjaga…sial mimpiku hilang, keringatku bercucuran.
Aku terbaring dilantai.., mataku menatap sebuah wajah renta dibingkai tua…7 april 2009

ibu
sungguh tak mudah menguntai kata-kata
Karena engkau tak terlukiskan
Tak mudah menggambarkanmu
Karena kau jauh lebih indah dari gambaran
Tak mudah memujimu
Karena tak ada kosa kata yang memadai
Tak mudah terharu karenamu
Karena air mataku telah tercurah olehmu
Tak mudah berterima kasih padamu
Karena budiku tak berarti bagi jasamu
Tak mudah, Ibuku

Kau telah lakukan apa yang kau bisa
Sebisa yang engkau mampu
Semampumu walau sungguh kadang kau tak mau
Tak mau surut
Tak mau mundur
Merengkuh dengan kasih yang kau terjemahkan dalam lelakumu
Menyirami kami dengan keterbatasan kasih yang luasnya tak tertampung samudera
Kau telah melakukannya
Dengan upaya berawalan “segala daya”
Kau bidadariku
Kau…

Ibuku,
Bagaimana kubisa membencimu
Kalau ternyata kau tambatan tali pusatku
Bagaimana kubisa mengabaikanmu
Kalau ternyata kutumbuh oleh darah dan air susumu
Bagaimana kubisa melupakanmu
Kalau a ternyata engkau cetakan ragaku
Bagaimana bisa kutempatkan kau setelah mereka
Kalau ternyata kau tak pernah melepasku dari keprihatinanmu
Bagaimana bisa?
Kalau ternyata kaulah manusia yang sanggup melakukannya…

Maafkan aku
Yang acap kali mengatakan “Ah!”
Maafkan aku
Yang berulang kali merajuk karena petatah-petitihmu
Maafkan aku
Yang tak bosan mengguruimu dengan ilmu mudaku
Maafkan aku
Yang seakan jauh lebih berjasa padamu
Maafkan aku
Yang akan banyak tak menuruti saranmu
Aku hanya tak mampu, bukan tak mau

Ibuku,
Kecantikanmu berbatas usia tapi…
Kesetiaanmu seperti matahari
Pengabdianmu seperti nabi pada Tuhannya
Kekuatanmu seperti tetesan air
Ketabahanmu seperti kerang yang mengulum arang menjadi mutiara
Kelembutanmu seperti sutera China
Kesabaranmu bagai aliran sungai ke laut
Ibuku…
Sungguh tak mudah menggambarkanmu
Hanya Tuhan yang membalas jasamu
Telah disiapkan kebahagiaan tak terhingga untukmu

Ibuku hari ini, ulang tahunmu
64 tahun kau merangkum musim
Selama itu pula kau menangguk ilmu
Selama itu pula kau kibaskan segala halangan
Kau terpilih
Kau terpindai
Menjadi yang diberkahi
Menjadi yang disucikan
Kau menjadi manusia mumpuni
Lewat segala sungkur, tangis dan pilumu
Lewat segala lagu, senyum dan tawamu

Selamat ulang tahun, Ibuku…
Aku menyayangimu., sungguh,cinta matiku!!!!!
…………………..anak mu, arie

membuat q ingat akan sosok ibu yang blum bisa q bahagiakan,,
malah slalu q repotkan dengan tingkah laku q..



>nb. bwat bg arie bintang lazuardy..
catatannya keren, n membuat tersentak....

About this entry

  1. mantab...

Posting Komentar

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008